halo teman, kau kini seperti patung pancoran.
orang lalu lalang menyaksikan betapa megah dan hinanya suatu bentuk dingin dari peradaban. dengan beberapa pasang mata, dilanjutkan oleh gerak mimik mulut, bertukar pandang dan pikiran tentang kamu. ya, selayaknya sebuah situs sejarah yang memiliki nilai tinggi. namun, tidak sepantasnya kau jadi objek wisata ataupun bagian dari panorama. nilai yang terkandung dibalik pahatan pahatan dan ukiranmu bukan sesuatu untuk dibanggakan. semuanya, ya hanya simbolis belaka.
sementara itu, sebuah telfon genggam hitam mengeluarkan derit jeritan kehidupan yang menyesakkan. alangkah senangnya ketika sinyal kembali namun kali ini kau dihadapkan dengan sebuah ruangan hampa udara. baru? ya, sebuah perang dikumandangkan dari speaker kecil bersuara tajam. melukai hati siapapun yang mendengar, apalagi bila mereka itu adalah orang yang terlahir untuk menjadi kuli bangunan.
senang bukan main, gelisah dan cemas menyusul.
alangkah menyenangkan mempunyai beberapa kemungkinan. karena kita semua disini hidup dalam beberapa pilihan dan tantangan. seperti yang temanku pernah katakan di hari kejayaannya.
jika ini bagian dari karma pohon pisang berbuah jeruk, maka aku layak mendapatkannya.
jika ini bagian dari karma tukang ojek bermulut dua, maka aku layak menelannya.
jika ini bagian dari karma coklat batangan kadaluarsa, maka aku layak merasakannya.
intinya, karma bukan sesuatu yang wajib, namun ia sesuatu yang mutlak.
sebisa mungkin kau hindari, tapi sebaiknya kau tidak mengeluh.
ehem.
sekarang, bagian kamu.
ya, sekarang aku berada di dalam kapal tanpa layar.
orang lalu lalang menyaksikan betapa megah dan hinanya suatu bentuk dingin dari peradaban. dengan beberapa pasang mata, dilanjutkan oleh gerak mimik mulut, bertukar pandang dan pikiran tentang kamu. ya, selayaknya sebuah situs sejarah yang memiliki nilai tinggi. namun, tidak sepantasnya kau jadi objek wisata ataupun bagian dari panorama. nilai yang terkandung dibalik pahatan pahatan dan ukiranmu bukan sesuatu untuk dibanggakan. semuanya, ya hanya simbolis belaka.
sementara itu, sebuah telfon genggam hitam mengeluarkan derit jeritan kehidupan yang menyesakkan. alangkah senangnya ketika sinyal kembali namun kali ini kau dihadapkan dengan sebuah ruangan hampa udara. baru? ya, sebuah perang dikumandangkan dari speaker kecil bersuara tajam. melukai hati siapapun yang mendengar, apalagi bila mereka itu adalah orang yang terlahir untuk menjadi kuli bangunan.
senang bukan main, gelisah dan cemas menyusul.
alangkah menyenangkan mempunyai beberapa kemungkinan. karena kita semua disini hidup dalam beberapa pilihan dan tantangan. seperti yang temanku pernah katakan di hari kejayaannya.
jika ini bagian dari karma pohon pisang berbuah jeruk, maka aku layak mendapatkannya.
jika ini bagian dari karma tukang ojek bermulut dua, maka aku layak menelannya.
jika ini bagian dari karma coklat batangan kadaluarsa, maka aku layak merasakannya.
intinya, karma bukan sesuatu yang wajib, namun ia sesuatu yang mutlak.
sebisa mungkin kau hindari, tapi sebaiknya kau tidak mengeluh.
ehem.
sekarang, bagian kamu.
ya, sekarang aku berada di dalam kapal tanpa layar.
No comments:
Post a Comment